1. Usia tingkat Paud
Belajar calistung pada Anak usia PAUD masih sangat sederhana. Pada membaca bisa mengenalkan abjad melalui lagu-lagu interaktif yang membuat anak semangat atau bisa mengenalkan nama berbagai benda, belajar menulis, anak bisa mengajari cara memegang alat tulis dan membuat berbagai jenis garis, dan kemudian dalam berhitung, bisa menggunakan metode bernyanyi cukup efektif untuk dilakukan.
2. Usia tingkat TK A
Belajar calistung untuk Anak TK A sudah lebih kompleks ketimbang Anak PAUD. Namun, tetap sederhana. Dengan mengajak mereka praktik dengan menghitung benda-benda di sekitarnya, seperti mainan, buah, jari, dan sebagainya.
3. Usia tingkat TK B
Untuk membaca bisa mulai mengajarkan mengeja kosakata. Misalnya “b-u, bu, d-i, di… budi.” Lakukan hal ini secara bertahap, dari kata yang mudah, sampai yang sulit.
Untuk menulis, guru bisa mulai mengarahkan anak untuk membuat tulisan seperti contoh. Misalnya menulis “Budi”, lalu guru meminta Anak menulis kata yang sama sebanyak beberapa kali.
Untuk berhitung, guru bisa mulai mengajari anak operasi hitung bilangan sederhana. Misalnya pada sistem operasi penjumlahan dan pengurangan.
4. Usia tingkat SD
Ketika Anak sudah memasuki usia SD, kegiatan belajar calistung sudah menjadi sarana untuk memahami hal-hal lain yang lebih kompleks. Guru tidak hanya mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung pada Anak, tetapi juga membuat mereka mampu memahami apa yang mereka baca, tulis, juga hitung. Misalnya, anak membaca kalimat, maka ia harus bisa menjelaskan apa yang dimaksud dalam kalimat tersebut. Begitu pun saat Anak belajar menulis dan berhitung, Anak harus bisa menjelaskan apa yang ditulis, juga memahami konsep berhitung dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat membayar jajan.
